RASA



Senin pagi ini disambut dengan matahari yang bersinar cerah bak menandakan hari yang baik bagiku, ketika ku bersiap untuk pembelajaran daring suatu bingkai foto menarik perhatianku. Pigura yang tak cukup besar ini dengan foto temanku disana, ya aku sangat merindukan mereka. Tanpa sengaja tanganku mengusap lembut foto itu, saat dimana belum adanya pandemi. Pikiranku tanpa sadar kembali mengingat saat Pengumuman Liburan selama 2 minggu yang berujung 2 Tahun ini. Semua Persiapan Ujian yang sudah kami persiapkan beberapa bulan tak laksanakan akibat pandemi ini. Awalnya kami senang mengetahui kabar itu tapi setelahnya kami merasakan berbagai dampak salah satunya bosan.

Teringat kembali ketika aku dan temanku bisa bercanda tertawa bersama tanpa adanya jarak. Saat dimana jam kosong kami bisa mengadakan konser dadakan dikelas dengan alat seadanya, bermain kartu, bahkan tidur di dalam kelas. Semua memori itu terekam jelas dalam pikiranku kini. Bila waktu dapat diulang kembali aku mengulang memori yang ada dengan sejuta rasa yang tersimpan. Tiba-tiba Handphone berbunyi menandakan ada panggilan masuk dengan segera aku mengangkat ternyata Sahabatku mungkin ia akan menanyakan tentang Penilaian Harian pagi ini.

 “Selamat Pagi Bestie, gimana udah siap buat ulangan pagi ini? sudah ku sangka kau pasti siap untuk ulangan hari ini secara kan bestieku yang satu ini punya otak yang encer”, sapanya. Sedikit ku jauhkan ponselku dari telinga suaranya bisa bikin telingaku sedikit konslet nanti, Seperti itulah dia manusia ceria yang telah menemaniku sejak SMP lalu. Kami bertemu saat duduk di bangku SMP, dulu dia masih sangat pemalu entah mengapa semakin dekat dia semakin tidak ada malunya. Ku terkekeh mendengar perkataannya.

“Emm kurasa ragu untuk ulangan hari soalnya semalam aku lupa ada jadwal ulangan jadi dari semalam waktuku habiskan untuk menonton series jadi tak ada persiapan apapun untuk hari ini” jawabku dengan disertai helaan nafas. Aku memang lupa akan ulangan pagi ini, karena kecerobohanku sekarang ku tak yakin bisa melakukannya dengan baik. Andai di sekolah mungkin ku sudah panik dan menangis meratapi nasibku kelak. Lagi dan lagi ku teringat tentang masa indahnya sekolah.

“Heh, Kenapa diem saja? Sudahlah tak apa ku yakin kamu pasti bisa kok”, Ucapnya memberi semangat kepadaku disertai tangan yang membentuk hati. Ada saja tingkahnya yang buat ku tersenyum pagi ini ku balas juga dengan jari hati.

“Apakah kamu merindukan sekolah? Aku sangat merindukannya dimana kita bisa berbincang secara langsung bukan seperti ini”, dengusku karena lampau jenuh dengan keadaan seperti ini yang menjalankan aktivitas di dalam rumah dan serba digital.

“Sangat dong gimana kita senangnya dulu waktu nunggu giliran buat ulangan lisan semuanya terekam di otak kecilku ini sobat, takut bangetkan waktu itu mana aku apalan hampir 3 hari maju cuma beberapa menit doing sungguh mengesankan si”, ujarnya serasa mengingat kembali masa SMP kita dulu. Memang itu masa yang membuat kami sangat terkesan dengan banyak hal baru yang ditemui untuk persiapan ujian. Jadwal yang sangat padat membuat waktu kami banyak disekolah dan mencetak banyak kenangan indah yang tak bisa dilupakan.
 “Kapan kita bisa kembali sekolah rasanya ingin bisa kayak dulu lagi dengerin guru ngomel secara langsung tu seru ga si”, kekehku seraya mengigat momen dimana guru marah dikelas Karena kita telat masuk pembelajaran akibat terlalu lama antri jajan di kantin. Mungkin terdengar konyol tetapi memang seperti itu keadaannya. Ku ingat sekali betapa takutnya kita buat masuk kelas, aku menyadari kesalahan yang terlambat masuk kelas. Sempat terlintas niat untuk bolos karena itu juga termasuk pelajaran terakhir tapi ku urungkan. Masa dimana kebahagiaan itu teringat jelas.

 “Aku juga merindukan suasana itu tetapi mau bagaimana lagi pandemi saja belum berakhir lantas yang hanya bisa kita belajar dan melawan kemalasan kita bukan? agar jika masuk sekolah nanti tak terlihat seperti anak yang ga ngerti apapun”, jelasnya dengan bijak yang membuatku sedikit termotivasi dengan ucapannya. Setidaknya dia bisa mengobati rasa rinduku akan sekolah sedikit tapi masih terselip rasa yang menganjal di benakku. Di masa SMA ini bahkan sering kali aku tak memahami pembelajaran secara singkat perlu diulas lebih dalam. Ini disebabkan karena ada beberapa guru yang hanya memberi tugas tanpa adanya penjelasan akan materi tersebut.

 “Iya aku tahu tapi rasanya sulit untuk melawan rasa malas apalagi didunia yang serba instan ini, jika kita ulas kembali semua jawaban saja sudah tersedia di berbagai platform yang sangat memudahkan kita untuk hanya menyalin tanpa memahami isi dari materi yang kita pelajari.” Ujarku dengan sedikit penekanan. Curang memang tapi itu kenyataannya mau gimana pun tu tetap sulit untuk yang namanya melawan diri sendiri. Ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses suatu situs bisa menjadi awal kemalasan kita. Bagaimana tidak? Makan bisa Go-food, belajar bisa ke situs pendidikan yang beberapa jawaban sudah bisa diadalkan untuk mendapatkan nilai bagus, belanja bahkan sudah disuguhi beberapa deket tempat belanja online yang kita hanya menunggu barang datang. Hidup di era digital memang sesimpel itu hingga yang menjadi musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

 “Oh iya bestie, Ku belum menyiapkan untuk pembelajaran pagi ini mana nanti ulangan lagi. Niat awal hanya ingin mengingatkanmu malah jadi inget masa sekolah dulu. Ku harap pandemi ini segera berakhir si ya agar bestieku yang satu ini ga kangen sama aku yang cantik dan baik hati ini”
Ujarnya percaya diri. Ku kira selama liburan ini tingkat kepercayaan dirinya berkurang ternyata dugaanku salah dia masih sahabatku yang yang mempunya tingkat percaya diri tinggi ketika sudah mengenalnya secara dekat.

“Yah sangat percaya diri sekali anda, Kamu kali yang kangen aku kan? Ngaku ga? Ah sudah sana hush lanjutkan persiapanmu jangan lupa doa nanti ga berkah”, ucapku disertai canda tawa kecil. Beginilah tingkahku bila sudah menyangkut teman dekatku sangat berbeda dari yang mungkin banyak orang lihat seperti pendiam dan sedikit ambisius. Mungkin orang lihat aku ambisius tapi sebenernya aku sedikit sulit untuk memahami isi materi bila tidak dibaca kembali olehku sendiri. Beginilah aku sering yang sulit untuk memahami materi dan tidak bisa untuk sendiri. Setelah sambungan telepon terputus ku menyadari untuk mengurangi rasa malesku dan mulai melakukan kehidupan baru ini dengan hati yang bahagia. Ku tersadar dari lamunanku dan seulas senyum terukir di bibirku, semua ini tentang rasa yang ku rindukan saat sekolah dan ku berharap pandemi ini segera berakhir agar ku bisa bertemu dengan temanku meski dengan situasi yang berbeda. Ku letakkan kembali pigura itu dimeja dan membuka laptopku untuk memulai pembelajaran jarak jauh ini. Walaupun kita harus berjauhan seperti sekarang ini namun kebahagiaan tetap menyelimutiku intinya tetap bersyukur dengan segala keadaan ini dan tetap berdoa.

Komentar